Pemberian Penghargaan
Bagi siswa dan siswi berprestasi akan diberikan penghargaan yang kali ini dilakukan oleh Pengasuh Yayasan Darut Thayibah dalam event tahunan di Lembaga Pendidikan Lughatul Islamiyah.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSr0WB7wZuE0D_H7nTfclNMF7BfJbf__bsw-SuoEdcnrcpQr_mxe6D6GXktUQGsMlkN6IQxVGH9wkBMHE_CMRjAtQ-gcpTTAscQA7eJnBnguj-B-RKydxll5gPTS7Kq3k-L6SeNL9nhQI/s1600/1.jpg)
Ustadz dan Ustadzah
Dalam rangka mewujudkan visi dan misi Lembaga Pendidikan Lughatul Islamiyah tentu dibutuhkan tenaga-tenaga pendidik profesional sesuai dengan bidang keahlian masing-masing.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwx1NQBj_3hP8UF2s4ocW9T_KiRfE6qZ-TIK6jXgMH6rLlJa2mkpCnGAYuccpq-EupyO24i-Z5QlQoPP4Azoejda3d6_w8Oig9zY5ZzQYimMiNOlIZa0xUWKuJGyeFor4WKkLNt-EdFyg/s1600/2.jpg)
Upacara Bendera Bersama Kapolsek Batang-Batang
Sebagai representasi dari kedisiplinan sikap dan karakter seluruh siswa di lingkungan Lembaga Pendidikan Lugatul Islamiyah adalah dengan mengikuti segala tata tertib sekolah.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5Ii9u7_a2NexB5392SQ7vqZ9exvg3U5se-ER4W4jbdke_PPw4Giy8Q03N1c2sQzo_uxQ2e9VeUhXvmyh4sFyJ6B5_4gIXCUMRVNH8iDF4_OMi3Q5wOx48w2tLtbgjA4xfRZeEO-EX4Bo/s1600/3.jpg)
Petinggi Yayasan dan Lembaga
Para petinggi Yayasan dan Lembaga dalam acara prosesi wisudawan-wisudawati Lembaga Pendidikan Lughatul Islmiyah Tahun Pelajaran 2012-2013 mulai dari tingkat RA,MI,SMPI dan MA Lugghatul Islamiyah.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyin65iVEhQ-NesD8Rly81WKSOZjj9tB03tpcNDdfkvDgjcpgJwatDHYYtbJhgmznvEOXZsdvcexGr_mraRtYGKIXhD6JYvvkqRWd0qo7anII0qCsfKnAPIhLaMGpR3kvibOD-Q2dI7EM/s1600/4.jpg)
Polisi Cilik Lughatul Islamiyah
Aksi Polisi Cilik Lembaga Pendidikan Lughatul Islamiyah dalam acara Perayaan Haflatul Imtihan 2014 di Lembaga Pendidikan Lughatul Islamiyah.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEheWcdHrZpeIK9P9TcV7wQMMf3ICtT5lGvNmi86UNf8oUu0CwmwYcZJ_Ep3ig_jAFGY665Pb0OZrylAx3eHfBRgit61ZVps8t7Cp6F5YdfFYQirdD48jGv3KJ-jyWFw4FjR4nCSybPkkvg/s1600/polcil2.jpg)
The Islamic Boarding School "Lughatul Islamiyah"
Lembaga Pendidikan Lughatul Islamiyah saat ini memiliki tiga jenjang pendidikan formal mulai dari jenjang Raudlatul Athfal (RA) Madrasah Ibtidaiyah (MI) Sekolah Menengah Pertama (SMPI) dan Madarasah Aliyah (MA).
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCV6GZ9vzTPYV7h3PWEzyNFbExxlemGkNPwx4gf-_1BYdfMlXLsnzT9CXxJxgadIP_oTWbzft34RL8hf87IGkB_veYKxd2Sgj2OH0l9zfAeI5tNGCjpiB9YMmCa4FyRLtoUVp1xFtLHhU/s1600/School.jpg)
MI Lughatul Islamiyah
Kenang-kenangan siswa-siswi MI Lughatul Islamiyah bersama kepala sekolah dan guru di acara foto bersama kelas akhir Tahun Pelajaran 2013-2014.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMV9-YRj7M7WFN57HP9IsdVLhFY_Fnwlhzv94NcvmVzLoZf-l5xBt_hvgSGRiRnHXGRxCnCFld9YzPQFqcw-LepCITAodeirmDHZxEzBLXsoC_GmCT-ebgpuohiPziU42Zv984R9UsnKo/s1600/MILUGHIS.jpg)
SMPI Lughatul Islamiyah
Kenang-kenangan siswa-siswi SMPI Lughatul Islamiyah bersama kepala sekolah dan guru di acara foto bersama kelas akhir Tahun Pelajaran 2013-2014.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_3WWA5O0eI06NpUurVLjwk_Gow8_aN_UnuHM-ERl19K2i0pG71crB3M-SHGLg8gL6pXAo9I9Pfibbz-3deZ3ZlIGEZB4XeoqsN9PVkrN5zaQ5fqeU2kbn7QIPCJPpPf3zucyRAd-J33w/s1600/SMPI2-630x320.jpg)
Selasa, 28 Mei 2013
![](http://1.bp.blogspot.com/-Kf6Dp9nzOV0/UYxS1vdihnI/AAAAAAAAJJI/2MTELq8IXbs/s000/date.png)
![](http://2.bp.blogspot.com/-KsISg7lKRxM/UYxS2WyOSBI/AAAAAAAAJJQ/R416Afh-K1I/s000/user.png)
![](http://1.bp.blogspot.com/-Kf6Dp9nzOV0/UYxS1vdihnI/AAAAAAAAJJI/2MTELq8IXbs/s000/date.png)
![](http://2.bp.blogspot.com/-KsISg7lKRxM/UYxS2WyOSBI/AAAAAAAAJJQ/R416Afh-K1I/s000/user.png)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMpTTITq2v-jWWvEjVjZGyfikszaGcotkjKSzKx0uc8CdNa6wlbVtmSXshwGbc_HHZZkI5fndplrhyphenhyphenEQt1mxsefkqOdP79_4EWCnAi-uqm5Ji7yxqTqipt8nQRoo2pXzy_Z50uEcIsdeI/s1600/Belajar.jpg)
Suatu ketika saya sempat mempresentasikan tentang pendidikan karakter dan dampaknya terhadap guru dan karyawan sekolah. Saya dan rekan sengaja menyeting agar lingkungan sekolah menjadi padu dengan isu pendidikan karakter yang akan didengungkan oleh sekolah yang bersangkutan. Saat saya menjelaskan tentang peraturan sekolah dan peraturan kelas, terlihat muka yang kurang nyaman, serta respon yang kurang antusias, serta air muka yang seakan berbeban berat menyikapi pelaksanaan pendidikan karakter.
Dan ditengah-tengah acara saya menjelaskan agar sekolah tidak perlu terburu-buru melakukan perombakan besar dalam aturan sekolah. Saya sangat memahami beban guru dalam mengajar dan kegiatan administrasinya, lakukan step by step yang penting ada komitmen dalam pelaksanaannya dan peliharalah disiplin sebagai motor penggerak pendidikan karakter itu sendiri, itu kuncinya. Disiplin, disiplin dan disiplin.
Sekilas saya jelaskan disiplin orang yang hidup di Indonesia dengan dua musim, berbeda dengan negara yang hidup dengan empat musim. Ketangguhan, daya juang dan inisiatif juga berbeda. Kita di Indonesia adalah wilayah yang tantangan secara alamnya cukup sedikit dibandingkan dengan mereka yang hidup di empat musim. Karena salah satu faktor inilah kita perlu belajar disiplin lebih lagi untuk kehidupan yang lebih baik. Disiplin sangat erat dengan kesuksesan, bahkan disiplin ada dalam satu paket dengan kesuksesan. Apapun yang hendak dicapai dalam kesuksesan itu disiplin adalah dasarnya. Bahkan ukuran disiplin sudah diformulasikan secara rinci oleh Malcolm Gladwell dalam bukunya Outlier, bahwa butuh 10.000 jam kedisiplinan untuk menjadi master dalam bidang apapun. Penyanyi, atlet, profesional di bidang bisnis yang sukses telah melewati proses 10.000 jam. Dan anda tahu siapa saja yang telah menjadi master di bidangnya bukan? Sebut saja, Ruth sahayana, Taufik hidayat, Agnes Monica, Purwacaraka, Juna, Rifat Sungkar, Chairul Tanjung, Hermawan Kertajaya dan masih banyak sekali tokoh yang bisa disebut master di bidangnya masing-masing.
Pendidikan karakter cenderung tak akan pernah tersentuh secara nyata jika ada hanya sebatas proses pemahaman tentang karakter atau hanya bersifat informasi tanpa adanya tindakan. Dewasa ini di media cetak, elektronik dan media internet banyak memberitakan tentang kasus jual beli kunci ujian, contek mencontek, plagiatisme, bahkan kasus kriminal yang dilakukan oleh pelajar, itu semua menunjukan bahwa nilai realisasi karakter bangsa tidak terwujud nyata. Fenomena ini muncul akibat rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia.
Faktor yang mempengaruhi antara lain :
Rendahnya sarana fisik
Rendahnya kualitas guru
Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan
Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan
Visi dan moralitas pendidik serta anak didik yang rendah
Mahalnya biaya pendidikan Memang menjadi masalah serius di negeri ini
Anggaran pendidikan yang sudah tinggi tidak menjamin sarana fisik yang baik dan biaya pendidikan yang terjangkau, penyebabnya jelas moralitas masyarakat yang mementingkan golongan, kepetingan pribadi dan mendapat keadaan yang tepat.
Keenam halangan ini hanya bisa hilang jika nilai luhur dan pendidikan karakter benar-benar terealisasikan. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal berkaitan dengan permasalah diatas kiranya diperlukan suatu terobosan di dunia pendidikan untuk menciptakan generasi muda yang berkarakter dan berprestas tinggi. Untuk mencapai itu diperlukan inovasi dan pengembangan nilai disiplin serta komitmen dari setiap perangkat sekolah agar pendidikan karakter bisa terus berjalan. Dampak dari pendidikan karakter dapat membangun individu untuk mengenali dirinya sendiri dan mampu menetapkan tujuan pendidikannya.
Pendidikan karakter sebenarnya sudah ada sejak dulu seperti apa yang diungkapkan Ki Hajar Dewantara melalui Among Metode, dimana ada tiga unsur pendidikan yang harus berjalan sinergis yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Dengan Among Metode diharapkan anak akan tumbuh sesuai kodrat (naturelijke groei) dan keadaan budaya sendiri (cultuur histories). Sehingga ada tiga hal yang patut dan perlu untuk dikembangkan dalam rangka membangun karakter yang berpendidikan yaitu membangun budaya agar siswa selalu siap dengan perubahan yang semakin kompetitif mengingat budaya itu bersifat kontinue, konvergen dan konsentris (Ki Hajar Dewantara). Perhatikan kata-kata Ki Hajar Dewantara berikut “membangun budaya agar siswa selalu siap dengan perubahan yang semakin kompetitif” artinya diperlukan sikap yang berkomitmen dan disiplin terhadap pelaksanaan pendidikan karakter itu sendiri, dan semua ini dapat dimulai dari kita semua. Sudahkan anda berkomitmen terhadap hal ini?
Sebagai informasi tambahan, kami memberikan E-book Gratis 6 Cara Mendisiplinkan Anak yang dapat anda pelajari agar kita semua dapat memaksimalkan pendidikan karakter di negara kita dan ikut menciptakan kehidupan yang lebih baik serta mewarisikan hal terindah bagi anak cucu kita.
Soruce: http://www.pendidikankarakter.com
![](http://1.bp.blogspot.com/-Kf6Dp9nzOV0/UYxS1vdihnI/AAAAAAAAJJI/2MTELq8IXbs/s000/date.png)
![](http://2.bp.blogspot.com/-KsISg7lKRxM/UYxS2WyOSBI/AAAAAAAAJJQ/R416Afh-K1I/s000/user.png)
Jika saya ditanya kapan sih waktu yang tepat untuk menentukan kesuksesan dan keberhasilan seseorang? Maka, jawabnya adalah saat masih usia dini. Benarkah? Baiklah akan saya bagikan sebuah fakta yang telah banyak diteliti oleh para peneliti dunia.
Pada usia dini 0-6 tahun, otak berkembang sangat cepat hingga 80 persen. Pada usia tersebut otak menerima dan menyerap berbagai macam informasi, tidak melihat baik dan buruk. Itulah masa-masa yang dimana perkembangan fisik, mental maupun spiritual anak akan mulai terbentuk. Karena itu, banyak yang menyebut masa tersebut sebagai masa-masa emas anak (golden age).
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang ahli Perkembangan dan Perilaku Anak dari Amerika bernama Brazelton menyebutkan bahwa pengalaman anak pada bulan dan tahun pertama kehidupannya sangat menentukan apakah anak ini akan mampu menghadapi tantangan dalam kehidupannya dan apakah ia akan menunjukkan semangat tinggi untuk belajar dan berhasil dalam pekerjaannya.
Nah, oleh karena itu, kita sebagai orang tua hendaknya memanfaatkan masa emas anak untuk memberikan pendidikan karakter yang baik bagi anak. Sehingga anak bisa meraih keberhasilan dan kesuksesan dalam kehidupannya di masa mendatang. Kita sebagai orang tua kadang tidak sadar, sikap kita pada anak justru akan menjatuhkan si anak. Misalnya, dengan memukul, memberikan pressure yang pada akhirnya menjadikan anak bersikap negatif, rendah diri atau minder, penakut dan tidak berani mengambil resiko, yang pada akhirnya karakter-karakter tersebut akan dibawanya sampai ia dewasa. Ketika dewasa karakter semacam itu akan menjadi penghambat baginya dalam meraih dan mewujudkan keinginannya. Misalnya, tidak bisa menjadi seorang public speaker gara-gara ia minder atau malu. Tidak berani mengambil peluang tertentu karena ia tidak mau mengambil resiko dan takut gagal. Padahal, jika dia bersikap positif maka resiko bisa diubah sebagai tantangan untuk meraih keberhasilan. Anda setuju kan?
Banyak yang mengatakan keberhasilan kita ditentukan oleh seberapa jenius otak kita. Semakin kita jenius maka semakin sukses. Semakin kita meraih predikat juara kelas berturut-turut, maka semakin sukseslah kita. Benarkah demikian? Eit tunggu dulu!
Saya sendiri kurang setuju dengan anggapan tersebut. Fakta membuktikan, banyak orang sukses justru tidak mendapatkan prestasi gemilang di sekolahnya, mereka tidak mendapatkan juara kelas atau menduduki posisi teratas di sekolahnya. Mengapa demikian? Karena sebenarnya kesuksesan tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan otak kita saja. Namun kesuksesan ternyata lebih dominan ditentukan oleh kecakapan membangung hubungan emosional kita dengan diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Selain itu, yang tidak boleh ditinggalkan adalah hubungan spiritual kita dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Tahukah anda bahwa kecakapan membangun hubungan dengan tiga pilar (diri sendiri, sosial, dan Tuhan) tersebut merupakan karakter-karakter yang dimiliki orang-orang sukses. Dan, saya beritahukan pada anda bahwa karakter tidak sepenuhnya bawaan sejak lahir. Karakter semacam itu bisa dibentuk. Wow, Benarkah? Saya katakan Benar! Dan pada saat anak berusia dini-lah terbentuk karakter-karakter itu. Seperti yang kita bahas tadi, bahwa usia dini adalah masa perkembangan karakter fisik, mental dan spiritual anak mulai terbentuk. Pada usia dini inilah, karakter anak akan terbentuk dari hasil belajar dan menyerap dari perilaku kita sebagai orang tua dan dari lingkungan sekitarnya. Pada usia ini perkembang mental berlangsung sangat cepat. Pada usia itu pula anak menjadi sangat sensitif dan peka mempelajari dan berlatih sesuatu yang dilihatnya, dirasakannya dan didengarkannya dari lingkungannya. Oleh karena itu, lingkungan yang positif akan membentuk karakter yang positif dan sukses.
Lalu, bagaimana cara membangun karakter anak sejak usia dini?
Karakter akan terbentuk sebagai hasil pemahaman 3 hubungan yang pasti dialami setiap manusia (triangle relationship), yaitu hubungan dengan diri sendiri (intrapersonal), dengan lingkungan (hubungan sosial dan alam sekitar), dan hubungan dengan Tuhan YME (spiritual). Setiap hasil hubungan tersebut akan memberikan pemaknaan/pemahaman yang pada akhirnya menjadi nilai dan keyakinan anak. Cara anak memahami bentuk hubungan tersebut akan menentukan cara anak memperlakukan dunianya. Pemahaman negatif akan berimbas pada perlakuan yang negatif dan pemahaman yang positif akan memperlakukan dunianya dengan positif. Untuk itu, Tumbuhkan pemahaman positif pada diri anak sejak usia dini, salah satunya dengan cara memberikan kepercayaan pada anak untuk mengambil keputusan untuk dirinya sendiri, membantu anak mengarahkan potensinya dengan begitu mereka lebih mampu untuk bereksplorasi dengan sendirinya, tidak menekannya baik secara langsung atau secara halus, dan seterusnya. Biasakan anak bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Ingat pilihan terhadap lingkungan sangat menentukan pembentukan karakter anak. Seperti kata pepatah bergaul dengan penjual minyak wangi akan ikut wangi, bergaul dengan penjual ikan akan ikut amis. Seperti itulah, lingkungan baik dan sehat akan menumbuhkan karakter sehat dan baik, begitu pula sebaliknya. Dan yang tidak bisa diabaikan adalah membangun hubungan spiritual dengan Tuhan Yang Maha Esa. Hubungan spiritual dengan Tuhan YME terbangun melalui pelaksanaan dan penghayatan ibadah ritual yang terimplementasi pada kehidupan sosial.
Nah, sekarang kita memahami mengapa membangun pendidikan karakter anak sejak usia dini itu penting. Usia dini adalah usia emas, maka manfaatkan usia emas itu sebaik-baiknya.
Source: http://www.pendidikankarakter.com
![](http://1.bp.blogspot.com/-Kf6Dp9nzOV0/UYxS1vdihnI/AAAAAAAAJJI/2MTELq8IXbs/s000/date.png)
![](http://2.bp.blogspot.com/-KsISg7lKRxM/UYxS2WyOSBI/AAAAAAAAJJQ/R416Afh-K1I/s000/user.png)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9dXlgTlrf4uC-qQrV9h7EvkIjOyc7gMxdFJaTGxVm-TzD_rvwRM8mJ4eMg8D56sMn36IqO9QTSUlodLDjccbEsckjZg2732PxepenDU2Kcs13yR3SwUs7jLcbev-imnedATjiXViD6do/s1600/ummi.jpg)
158 kepala daerah tersangkut korupsi sepanjang 2004-2011
42 anggota DPR terseret korupsi pada kurun waktu 2008-2011
30 anggota DPR periode 1999-2004 terlibat kasus suap pemilihan DGS BI
Kasus korupsi terjadi diberbagai lembaga seperti KPU,KY, KPPU, Ditjen Pajak, BI, dan BKPM
Sumber : Litbang Kompas
Kini setelah membaca fakta diatas, apa yang ada dipikran anda? Cobalah melihat lebih ke atas sedikit, lebih tepatnya judul artikel ini. Yah, itu adalah usulan saya untuk beberapa kasus yang membuat hati di dada kita “terhentak” membaca kelakuan para pejabat Negara.
Pendidikan karakter, sekarang ini mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah saja, tapi dirumah dan di lingkungan sosial. Bahkan sekarang ini peserta pendidikan karakter bukan lagi anak usia dini hingga remaja, tetapi juga usia dewasa. Mutlak perlu untuk kelangsungan hidup Bangsa ini.
Bayangkan apa persaingan yang muncul ditahun 2021? Yang jelas itu akan menjadi beban kita dan orangtua masa kini. Saat itu, anak-anak masa kini akan menghadapi persaingan dengan rekan-rekannya dari berbagai belahan Negara di Dunia. Bahkan kita yang masih akan berkarya ditahun tersebut akan merasakan perasaan yang sama. Tuntutan kualitas sumber daya manusia pada tahun 2021 tentunya membutuhkan good character.
Bagaimanapun juga, karakter adalah kunci keberhasilan individu. Dari sebuah penelitian di Amerika, 90 persen kasus pemecatan disebabkan oleh perilaku buruk seperti tidak bertanggung jawab, tidak jujur, dan hubungan interpersonal yang buruk. Selain itu, terdapat penelitian lain yang mengindikasikan bahwa 80 persen keberhasilan seseorang di masyarakat ditentukan oleh emotional quotient.
Bagaimana dengan bangsa kita? Bagaimana dengan penerus orang-orang yang sekarang sedang duduk dikursi penting pemerintahan negara ini dan yang duduk di kursi penting yang mengelola roda perekonomian negara ini? Apakah mereka sudah menunjukan kualitas karakter yang baik dan melegakan hati kita? Bisakah kita percaya, kelak tongkat estafet kita serahkan pada mereka, maka mereka mampu menjalankan dengan baik atau justru sebaliknya?
Dari sudut pandang psikologis, saya melihat terjadi penurunan kulaitas “usia psikologis” pada anak yang berusia 21 tahun pada tahun 20011, dengan anak yang berumur 21 pada tahun 2001. Maksud usia psikologis adalah usia kedewasaan, usia kelayakan dan kepantasan yang berbanding lurus dengan usia biologis. Jika anak sekarang usia 21 tahun seakan mereka seperti berumur 12 atau 11 tahun. Maaf jika ini mengejutkan dan menyakitkan.
Walau tidak semua, tetapi kebanyakan saya temui memiliki kecenderungan seperti itu. Saya berulangkali bekerjasama dengan anak usia tersebut dan hasilnya kurang maksimal. Saya tidak “kapok” ber ulang-ulang bekerja sama dengan mereka. Dan secara tidak sengaja saya menemukan pola ini cenderung berulang, saya amati dan evaluasi perilaku dan karakter mereka. Kembali lagi ingat, disekolah pada umumnya tidak diberikan pendidikan untuk mengatasi persaingan pada dunia kerja. Sehingga ada survey yang mengatakan rata-rata setelah sekolah seorang anak perlu 5-7 tahun beradaptasi dengan dunia kerja dan rata-rata dalam 5-7 tahun tersebut pindah kerja sampai 3-5 kali. Hmm.. dan proses seperti ini sering disebut dengan proses mencari jati diri. Pertanyaan saya mencari “diri” itu didalam diri atau diluar diri? “saya cocoknya kerja apa ya? Coba kerjain ini lah” lalu kalau tidak cocok pindah ke lainnya. Kenapa tidak diajarkan disekolah, agar proses anak menjalani kehidupan di dunia yang sesungguhnya tidak mengalami hambatan bahkan tidak jarang yang putus asa karena tumbuh perasaan tidak mampu didalam dirinya dan seumur hidup terpenjara oleh keyakinannya yang salah.
Baiklah kembali lagi ke topik, Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat.
Bagi Indonesia sekarang ini, pendidikan karakter juga berarti melakukan usaha sungguh-sungguh, sitematik dan berkelanjutan untuk membangkitkan dan menguatkan kesadaran serta keyakinan semua orang Indonesia bahwa tidak akan ada masa depan yang lebih baik tanpa membangun dan menguatkan karakter rakyat Indonesia. Dengan kata lain, tidak ada masa depan yang lebih baik yang bisa diwujudkan tanpa kejujuran, tanpa meningkatkan disiplin diri, tanpa kegigihan, tanpa semangat belajar yang tinggi, tanpa mengembangkan rasa tanggung jawab, tanpa memupuk persatuan di tengah-tengah kebinekaan, tanpa semangat berkontribusi bagi kemajuan bersama, serta tanpa rasa percaya diri dan optimisme. Inilah tantangan kita bangsa Indonesia, sanggup?
Theodore Roosevelt mengatakan: “To educate a person in mind and not in morals is to educate a menace to society” (Mendidik seseorang dalam aspek kecerdasan otak dan bukan aspek moral adalah ancaman mara-bahaya kepada masyarakat).
Source: http://www.pendidikankarakter.com